12.50
firman supriatna
Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Karawang.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten
Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah
1.737,53 km2, dengan jumlah penduduk 2.125.234 jiwa (sensus 2010)
yang berarti berkepadatan 1.223 jiwa per km2, serta merupakan lokasi
banyak pabrik serta berbagai aktivitas industri lainnya.
Toponomi
dan sejarah
Toponimi
Kata karawang muncul pada
Naskah Bujangga Manik
dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Bujangga Manik menuliskan sebagai
berikut:
leteng karang ti Karawang,
leteng susuh ti Malayu,
pamuat aki puhawang.
Dipinangan pinang tiwi,
pinang tiwi ngubu cai,
Dalam bahasa Sunda, karawang mempunyai
arti "penuh dengan lubang". Bisa jadi pada daerah Karawang zaman dulu
banyak ditemui lubang.
Cornelis de Houtman,
orang Belanda pertama yang menginjakkan kakinya di pulau Jawa, pada tahun 1596
menuliskan adanya suatu tempat yang bernama Karawang sebagai berikut:
Di tengah jalan antara Pamanukan dan Jayakarta, pada sebuah
tanjung terletak Karawang
Meskipun ada sumber sejarah primer
yaitu Naskah Bujangga Manik
dan catatan dari Cornelis de Houtman yang menyebutkan kata Karawang, sebagian
orang menyebutnya Kerawang adapula yang
menyebut Krawang seperti yang ditulis dalam buku Miracle
sight West Java yang diterbitkan oleh Provinsi Jawa Barat.
R. Tjetjep Soepriadi dalam buku Sejarah
Karawang berspekulasi tentang asal-muasal kata karawang, pertama
kemungkinan berasal dari kata karawaan yang mengandung arti bahwa daerah
ini terdapat "banyak rawa", dibuktikan dengan banyaknya daerah yang
menggunakan kata rawa di depannya seperti, Rawa
Gabus, Rawa
Monyet, Rawa
Merta dan lain-lain; selain itu berasal dari kata kera
dan uang yang mengandung arti bahwa daerah ini
dulunya merupakan habitat binatang sejenis monyet yang kemudian berubah menjadi
kota yang menghasilkan uang; serta istilah serapan yang berasal dari bahasa Belanda seperti caravan
dan lainnya.
Pemukiman
awal
Candi Jiwa di situs Percandian
Batujaya
Wilayah Karawang sudah sejak lama
dihuni manusia. Peninggalan Situs Batujaya dan Situs Cibuaya yang luas menunjukkan
pemukiman pada awal masa moderen yang mungkin mendahului masa Kerajaan Tarumanagara. Penduduk Karawang semula
beragama Hindu dan Budha
dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda.
Setelah Kerajaan Sunda runtuh maka
Karawang terbagi dua. Menurut Carita
Sajarah Banten, Sunan Gunung Jati membagi Karawang menjadi
dua bagian; sebelah timur masuk wilayah Cirebon dan sebelah barat menjadi
wilayah Kesultanan Banten.
Agama Islam
mulai dipeluk masyarakat setempat, pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang patron
bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, konon dari Makkah, yang terkenal dengan sebutan "Syekh
Quro", memberikan ajaran; yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Wali Songo. Makam Syeikh Quro terletak di
Pulobata, Kecamatan Lemahabang,
Karawang.
Pemerintahan
mandiri
Sebagai suatu daerah berpemerintahan
sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh Kesultanan Mataram,
di bawah pimpinan Wiraperbangsa
dari Sumedang Larang
tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar
Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan irigasi mulai dikembangkan di Karawang dan
perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil beras
utama di Pulau Jawa hingga akhir abad ke-20.
Selanjutnya, Karawang menjadi
kabupaten dengan bupati pertama Raden
Adipati Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14
September 1633. Tanggal ini dinobatkan menjadi hari jadi Kabupaten Karawang.
Selanjutnya, bupatinya berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta 1677-1721, R.
Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II) 1721-1731, R. Martanegara (R. Singanagara
dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A
Panatayuda IV) 1752-1786.. Pada rentang ini terjadi peralihan
penguasa dari Mataram kepada VOC (Belanda).
Menjelang
kemerdekaan
Pada masa menjelang Kemerdekaan
Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. Rengasdengklok
merupakan tempat disembunyikannya Soekarno dan Hatta oleh para pemuda Indonesia untuk
secepatnya merumuskan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16
Agustus 1945.
Kabupaten Karawang juga menjadi
inspirasi sastrawan Chairil Anwar
menulis karya Antara Karawang-Bekasi karena peristiwa pertempuran di
daerah sewaktu pasukan dari Divisi Siliwangi harus meninggalkan Bekasi menuju
Karawang yang masih menjadi daerah kekuasaan Republik.
Kecamatan Rengasdengklok
adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang gagah berani mengibarkan
bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gaungkan. Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan Lumbung
Padi Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan.
Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat
sekitar, kemudian pada masa pemerintahan Megawati didirikan Tugu Kebulatan Tekad
untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.
Geologi
Wilayah Kabupaten Karawang sebagian
besar dataran pantai yang luas, terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan
endapan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas terutama endapan
laut dan aluvium vulkanik. Sedangkan di bagian tengah kawasan perbukitan yang
sebagian besar terbentuk oleh batuan sedimen, sedang di bagian Selatan terdapat
Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m diatas permukaan laut.
Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten
Karawang adalah dataran rendah, dan di sebagian kecil di wilayah selatan berupa
dataran tinggi.
Curug Cigentis
Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang terdiri
dari dataran rendah yang mempunyai temperatur
udara rata-rata 270C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar,
penyinaran matahari 66 persen dan kelembaban
nisbi 80 persen. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 – 3.200
mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin
Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin
Muson Tenggara. Kecepatan angin antara 30 – 35 km/jam, lamanya
tiupan rata-rata 5 – 7 jam.
Hidrografi
Kabupaten Karawang dilalui oleh
aliran sungai yang melandai ke arah utara: Cibe'et
yang mengalir dari selatan karawang menuju sungai citarum yang juga menjadi
batas antara Kabupaten Karawang dan Bekasi,Citarum, yang merupakan pemisah Kabupaten
Karawang dari Kabupaten Bekasi,
dan Cilamaya, yang merupakan batas wilayah
dengan Kabupaten Subang.
Selain sungai, terdapat juga tiga buah saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan
untuk pengairan sawah, tambak, dan pembangkit tenaga listrik.
Curah
hujan
Curah hujan di suatu tempat
dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orografi
dan perputaran/ pertemuan
arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan sangat beragam
menurut bulan. Catatan rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang selama tahun
2005 mencapai 2.534 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 127
mm, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun
2004 yang mencapai 1.677 mm dengan rata-rata curah hujan per bulannya
mencapai 104 mm.
Pada tahun 2005 rata-rata curah
hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Tegalwaru
yaitu mencapai 318 mm per bulan, dan yang terendah terjadi di Kecamatan Telagasari
yaitu hanya 51 mm.
Demografi
Penduduk umumnya adalah suku Sunda
yang menggunakan Bahasa Sunda. Di
daerah utara Kabupaten Karawang, seperti di Kecamatan Batujaya
dan Kecamatan Pakisjaya, Kecamatan Tempuran
Kecamatan Cilamaya, mereka menggunakan Bahasa Sunda
Kasar, beberapa kosakata yang mereka gunakan adalah 'aing' (bhs. Sunda standar
kuring/abdi), 'nyanéh' (bhs. Sunda standar manéh/anjeun), nyanéhna (bhs. Sunda
standar manéhna/anjeunna), nyaranéhna (bhs. Sunda standar
maranéhna/aranjeunna), manyaho (bhs. Sunda standar nyaho/terang). Tetapi di
daerah selatan Kabupaten Karawang, mereka menggunakan bahasa Sunda standar.
Penduduk Kabupaten Karawang
mempunyai mata pencaharian yang beragam, tetapi di sejumlah kecamatan,
mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani atau pembajak sawah karena
Kabupaten Karawang adalah daerah penghasil padi.
0 komentar:
Posting Komentar